Senin, 10 Desember 2012

Andai Kau Tahu Betapa Aku Mencintaimu Karena Allah Andai Kau Tahu Betapa Aku Mencintaimu Karena Allah

Andai Kau Tahu Betapa Aku Mencintaimu Karena Allah

Kusadar, sebuah kesalahan dapat menjauhkan kita dari orang-orang yang kita sayangi. Namun saudariku, kuyakin engkau sadar dan tau bahwa ukhuwah ini, merupakan anugrah dari Allah. Walaupun seluruh harta yang ada di bumi ini dijual, takkan mampu mempersatukan hati ini.
Hanya Allah yang dapat menyatukan hati ini.Saudariku yang kusayangi karena Allah, kini kuteringat sebuah hadits yang isinya, “Tidaklah dua orang saling mencintai, kemudian berpisah (berselisih), melainkan karena perbuatan dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari mereka.” hadits Hasan yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (Mawaarid) dari hadits Abu Hurairah RA.Mungkin ini kondisi yang sedang kita hadapi saat ini, sebuah perselisihan yang mungkin karena dosa salah satu diantara kita. Cobalah aku mengintropeksi diri, mungkin perselisihan ini karena dosa yang kulakukan yang cukup besar di mata Allah, atau ketaatanku sebagai hamba berkurang, sehingga Allah merampas rasa cinta engakau padaku, menjadi benci.

Namun saudariku, aku yakin hanya Allah yang dapat membolak-balikkan hati ini. Jika diri ini salah, jangan biarkan aku terperangkap dalam kesalahan, saudariku. Tegur aku, kalau perlu, tampar aku dengan kuat! Agar aku tersadar bahwa yang kulakukan selama ini salah dan menyakiti hatimu. Sungguh saudariku, tak pernah terbesit niatan untuk melukai hatimu yang lembut itu. Aku benar-benar terperangkap dalam bayang kemarahan dan kesedihanmu saudariku. Tak kuasa jika terus berdiam diri, tanpa senyuman, tanpa canda, tanpa untaian.
Saudariku, jika engkau butuh waktu untuk menenangkan diri, akan kunanti. Sampai hati-hati ini melembut dan kembali dipersatukan oleh cintaNya. Demi Allah! Tak rela diri ini, jika harus melepaskan persaudaraan denganmu, duhai saudariku!
Kini, setiap kutatap bingkisan mungil yang telah kusiapkan untuk momen istimewamu, yang kubeli sesaat setelah ujian berakhir, diri ini tak kuasa menitikkan air mata. Kerinduan ini membuncah! Rancangan yang telah kusiapkan untuk memberikan bingkisan mungil sederhana itu sebagai salah satu tanda bahwa aku menyangimu, seolah terhempas. Sungguh, Allah-lah yang Maha Pembuat Rencana.
Kini aku terus menunggu balasan darimu. Tak kuasa diri ini berjalan dengan sapaan tak berbalas. Disini, kutetap menanti maafmu saudariku.
Kembali aku teringat perkataan Umar, “Jika Allah mengaruniakan rasa cinta kepada seorang muslim, maka peganglah erat-erat rasa cinta itu.”
Agaknya, itu yang sedang kuusahakan, saudariku.
Kini, kusadari persaudaraan ini tengah diuji. Dan mungkin, setan tengah tertawa melihat apa yang terjadi di antara kita.
Maka, terimalah maaf ini saudariku. Maaf dari seseorang yang merindukan persaudaraan denganmu. Yang takkan rela genggaman ini terlepas. Sungguh saudariku! Andai kau tau betapa aku mencintaimu.
Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk.

Oleh: Ervira Rusdhiana, Yogyakarta
Mahasiswi Universitas Gadjah Mada



Artikel Terkait:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terjemahkan